Dan akhirnya rombongan itupun datang.
Kebiasaan Rasulullah memang selalu mengagungkan tamunya, jika beliau mempunyai janji maka akan didahulukan janji tersebut, apalagi jika janji itu mengenai pertemuan yang penting.
Kebiasaan Rasulullah memang selalu mengagungkan tamunya, jika beliau mempunyai janji maka akan didahulukan janji tersebut, apalagi jika janji itu mengenai pertemuan yang penting.
Rasulullah mempersilahkan semuanya duduk dengan tertib, satu per satu tamu itu disalaminya diiringi dengan senyuman yang paling lembut, dan tak ada satupun yang terlewatkan.
Ketika semua sudah duduk dan menyantap hidangan ala kadarnya, maka Rasulullah pun berkata: " semoga Allah swt senantiasa memberkahi kita semua, Apakah maksud kedatangan kalian wahai sahabatku semua?"
"kami baik-baik saja ya Rasulullah, terima kasih telah menerima kami semua. Sesungguhnya kami sekarang ini berada dalam situasi yang pelik, kami membutuhkan bantuanmu, jika sekiranya engkau tidak keberatan".
Rasulullah mengangguk-anggukan kapalanya dan menunggu saja.
salah seorang dari mereka bicara lagi, " sesungguhnya kami ini hendak memilih pemimpin di antara kami...."
"dan.....?", Rasulullah memotong penjelasan tamunya itu.
"dan kami tidak punya pengetahuan sebagus engkau. kami sebelumnya telah berselisih siapa kiranya yang akan dan harus jadi pemimpin kami..".
" begitu ya...? " jawab Rasul.
semua orang diam, dan ketika Rasulullah hendak bersuara,tiba-tiba Abu bakar yang berada di sana bersuara dengan cukup keras, " angkat Al-Qa'qa bin ma'bad sebagai pemimpin! ".
semua mata melihat kearah Abu bakar, ada mata yang setuju namun ada juga yang kelihatannya menentang.
Umar yang juga ada disana pun berdiri dan berkata, " tidak, angkatlah Al-Aqrq bin habis!".
kedua sahabat itu kini berdiri. suasana tampak tegang. Rasulullah hanya terdiam saja. Apakah mereka akan bertengkar?
Abu bakar dengan sedikit mendelik berkata, " kau hanya ingin membantahku saja, wahai sahabatku...."
" aku tak bermaksud membantahmu! " jawab Umar.
keduanya untuk beberapa saat saling berkata-kata, suara mereka semakin terdengar keras. mereka tampaknya tak peduli bahwa di situ ada orang lain, dan bahwa di tempat itupun ada Rasulullah, panutan mereka.
Waktu itu, turunlah ayat:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasull-Nya.
Takutla kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mendengar dan maha mengetahui.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikan suara kamu diatas suara Nabi. Janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap dengan sesama kamu.
Nanti hapus amal-amal kamu dan kamu tidak menyadarinya."
(Al-hujurat:1-2)
Setelah mendengar teguran itu langsung dari Allah, semua orang disitu tertegun, Abu bakar pun langsung menangis. setelah ia meminta maaf pada sahabatnya Umar, ia menghadap Rasulullah, " Ya, Rasulullah, demi Allah sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikan rahasia ".
Mendengar itu, Rasulullah mengelus-elus punggung Abu bakar, Beliau tersenyum padanya.
Sedangkan Umar, sejak saat itu ia berbicara dengan Rasul hanya dengan suara lembut, bahkan konon Umar jadi banyak bersedekah. Para sahabat Nabi takut amalan mereka akan terhapus karena melanggar akhlak berhadapan dengan Nabi.
Rasulullah bersyukur mempunyai sahabat-sahabat yang hatinya begitu lembut.
Memang, apakah ada yang lebih mengerikan dan menyedihkan daripada di tegur oleh Allah secara langsung ?.
Itulah gunanya mempunyai sahabat yang bersedia untuk selalu mengingatkan.[ ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar